Wednesday, December 4, 2013

Hubungan Interval Persalinan dengan Kejadian Pre Eklampsia

Salah satu faktor resiko terjadinya pre-eklapsia adalah interval persalinan. Semakin panjang interval persalinan, maka akan semakin meningkatkan resiko terjadinya pre-eklampsia menurut Menurut Conde-Agudelo dan Belizan (2002) disebutkan juga oleh Zhu et al (2001) hal ini dikarenakan interval kehamilan yang pendek akan menyebabkan pengembalian nutrisi ibu yang belum cukup dan akan mengurangi pertumbuhan bayi. Bila interval kehamilan terlalu panjang, kemampuan uterus untuk memberikan fasilitas guna pertumbuhan janin berangsur-angsur menurun sehingga uterus mempunyai kondisi fisiologi yang sama pada waktu primigravida. Sementara pre eklamsi lebih banyak dialami oleh mereka yang baru hamil pertama kali (Epigee, 2005).
 
Menurut Obstetri William (2005 : 163 – 164) kondisi uterus pada primigravida itu menyebabkan gangguan terhadap pembentukan plasenta, dikarenakan pembentukan antibodi penghambat (bloking antibodies) terhadap tempat-tempat antigenik, Sehingga kondisi plasenta terganggu dan mengakibatkan penurunan perfusi uteroplasenta dan mengakibatkan aktifasi endotel. Aktifasi endotel menyebabkan kebocoran kapiler da vasospasme. Sedangkan,  kebocoran kapiler menyebabkan edema, hemokonsentrasi, dan proteinuria. Vasospasme menyebabkan hipertensi iskemia dan kejang yang akhirnya menyebabkan terjadinya pre eklampsia.

Monday, July 8, 2013

Kelas Ibu Hamil


2.1    Pengertian Kelas Ibu Hamil
Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, persalinan, perawatan nifas dan perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular dan akte kelahiran (Depkes RI, 2009).
Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur kehamilan antara 20 minggu s/d 32 minggu dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu hamil akan belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh dan sistematis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal dan berkesinambungan (Depkes RI, 2009).
2.2    Tujuan Kelas Ibu Hamil
2.2.1   Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan akte kelahiran (Depkes RI, 2009).
2.2.2   Tujuan Khusus
2.2.2.1       Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antar peserta (ibu hamil dengan ibu hamil) dan antar ibu hamil dengan petugas kesehatan/bidan tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, Perawatan Nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan akte kelahiran.
2.2.2.2       Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan.
2.2.2.3       Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang perawatan kehamilan.
2.2.2.4       Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang persalinan.
2.2.2.5       Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang perawatan nifas.
2.2.2.6       Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang KB pasca salin.
2.2.2.7       Meningkatkan pemahaman, sikap dan prilaku ibu hamil tentang perawatan bayi baru lahir.
2.2.2.8       Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang mitos/ keprcayaan/ adat istiadat setempat yang berkaitan dengan kesehatan ibu hamil dan anak.
2.2.2.9       Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang penyakit menular (IMS, informasi dasar HIV-AIDS dan pencegahan dan penanganan malaria pada ibu hamil).
2.2.2.10   Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang akte kelahiran.
2.3    Keuntungan Kelas Ibu Hamil
2.3.1   Materi diberikan secara menyeluruh dan terencana sesuai dengan pedoman kelas ibu hamil yang memuat mengenai kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular seksual dan akte kelahiran.
2.3.2   Penyampaian materi lebih komprehensif karena ada persiapan petugas sebelum penyajian materi.
2.3.3   Dapat mendatangkan tenaga ahli untuk memberikan penjelasan mengenai topik tertentu.
2.3.4   Waktu pembahasan materi menjadi efektif karena pola penyajian materi terstruktur dengan baik.
2.3.5   Ada interaksi antara petugas kesehatan dengan ibu hamil pada saat pembahasan materi dilaksanakan.
2.3.6   Dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan.
2.3.7   Dilakukan evaluasi terhadap petugas kesehatan dan ibu hamil dalam memberikan penyajian materi sehingga dapat meningkatkan kualitas sistim pembelajaran.
2.4    Sasaran Kelas Ibu Hamil
Peserta kelas ibu hamil sebaiknya ibu hamil pada umur kehamilan 20 s/d 32 minggu, karena pada umur kehamilan ini kondisi ibu sudah kuat, tidak takut terjadi keguguran, efektif untuk melakukan senam hamil. Jumlah peserta kelas ibu hamil maksimal sebanyak 10 orang setiap kelas. Suami/keluarga ikut serta minimal 1 kali pertemuan sehingga dapat mengikuti berbagai materi yang penting, misalnya materi tentang persiapan persalinan atau materi yang lainnya (Depkes RI, 2009).
2.5    Langkah Pendidikan di Kelas Ibu Hamil
Dalam memberikan pendidikan pada ibu hamil tersebut dilakukan langkah-langkah dari mulai persiapan sampai pelaksanaan pembelajaran kelas ibu hamil Depkes & JICA (2008) antara  lain sebagai berikut:
2.5.1   Melakukan identifikasi terhadap ibu hamil yang ada di wilayah kerja. Ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa jumlah ibu hamil dan umur kehamilannya sehingga dapat menentukan jumlah peserta setiap kelas ibu hamil dan berapa kelas yang akan dikembangkan dalam kurun waktu tertentu misalnya selama satu tahun.
2.5.2   Mempersiapkan tempat dan sarana pelaksanaan kelas ibu hamil, misalnya tempat di puskesmas atau polindes, kantor desa/balai pertemuan, posyandu atau di rumah salah seorang warga masyarakat. Sarana belajar menggunakan kursi, tikar, karpet, VCD player dan lain-lain jika tersedia.
2.5.3   Mempersiapkan materi, alat bantu penyuluhan dan jadwal pelaksanaan kelas ibu hamil serta mempelajari materi yang akan disampaikan.
2.5.4   Persiapan peserta kelas ibu hamil, mengundang ibu hamil umur antara 20 sampai 32 minggu.
2.5.5   Siapkan tim pelaksana kelas ibu hamil yaitu siapa saja fasilitatornya dan nara sumber jika diperlukan.
2.5.6   Membuat rencana pelaksanan kegiatan.
2.5.7   Akhir pertemuan dilakukan senam ibu hamil, sebagai kegiatan/materi ekstra.
2.5.8   Menentukan waktu pertemuan, yang disesuaikan dengan kesiapan ibu-ibu, bisa dilakukan pada pagi atau sore hari dengan lama waktu pertemuan 120 menit termasuk senam hamil 15-20 menit.


2.6    Materi pada Kelas Ibu Hamil
Pertemuan kelas ibu hamil dilakukan 3 kali pertemuan selama hamil. Pada setiap pertemuan materi kelas ibu hamil yang akan disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi ibu hamil. Pada setiap akhir pertemuan dilakukan senam hamil. Senam hamil ini merupakan kegiatan/materi ekstra di kelas ibu hamil, diharapkan dapat dipraktekan setelah sampai di rumah. Waktu pertemuan disesuaikan dengan kesiapan ibu-ibu, bisa dilakukan pada pagi atau sore hari dengan lama waktu pertemuan 120 menit termasuk senam hamil 15-20 menit (Depkes RI, 2009).
2.6.1   Materi Kelas Ibu Hamil Pertemuan Ke-1
2.6.1.1       Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan
1)   Apa kehamilan itu?
2)   Perubahan tubuh ibu selama kehamilan.
3)   Keluhan umum saat hamil dan cara mengatasinya (kram kaki, wasir dan nyeri pinggang).
4)   Apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil.
5)   Pengaturan gizi termasuk pemberian tablet tambah darah untuk penanggulangan anemia.
2.6.1.2       Perawatan kehamilan
1)   Kesiapan psikologis menghadapi kehamilan.
2)   Hubungan suami istri selama kehamilan.
3)   Obat yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi ibu hamil.
4)   Tanda-tanda bahaya kehamilan.
5)   Perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K).
2.6.2   Materi Kelas Ibu Hamil Pertemuan Ke-2
2.6.2.1       Persalinan
1)   Tanda-tanda persalinan.
2)   Tanda bahaya persalinan.
3)   Proses persalinan.
4)   IMD (Inisiasi Menyusu Dini).
2.6.2.2       Perawatan nifas
1)   Apa yang dilakukan ibu nifas agar dapat menyusui ASI ekslusif?
2)   Bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas?
3)   Tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas.
4)   KB pasca persalinan.
2.6.3   Materi Kelas Ibu Hamil Pertemuan Ke-3
2.6.3.1       Perawatan bayi
1)   Perawatan bayi baru lahir (BBL).
2)   Pemberian K1 injeksi pada BBL.
3)   Tanda bahaya bayi baru lahir (BBL).
4)   Pengamatan perkembangan bayi/anak.
5)   Pemberian imunisasi pada BBL.
2.6.3.2       Mitos
Penggalian dan penelusuran mitos yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak.
2.6.3.3       Penyakit menular
1)   Infeksi menular seksual (IMS).
2)   Informasi dasar HIV/AIDS.
3)   Pencegahan dan penanganan malaria pada ibu hamil.
2.6.3.4       Akte kelahiran
1)   Pentingnya akte kelahiran.
2.7    Analisis
Dalam menjalankan perannya, ibu hamil membutuhkan pengetahuan yang baik tentang kesehatan ibu dan anak, salah satunya melalui pendidikan ibu hamil. Dengan adanya kelas ibu hamil ini yang merupakan  sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil dalam bentuk tatap muka dan kelompok, maka dapat  meningkatkan pengetahuan, keterampilan ibu-ibu dan keluarga mengenai perawatan kehamilan, persalinan, nifas, penyakit dan komplikasi saat hamil, bersalin dan nifas, perawatan bayi baru lahir, dan senam hamil dengan menggunakan buku KIA.
Kelas hamil ini memang memiliki banyak keuntungan, baik bagi ibu maupun tenaga kesehatan. Karena melalui kegiatan ini, tidak hanya sekedar menyampaikan materi-materi saja kepada ibu hamil, tetapi juga menciptakan interaksi dan berbagi pengalaman antar ibu hamil maupun antara ibu hamil dengan tenaga kesehatan mengenai kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan akte kelahiran.
Sehingga setelah ibu hamil mendapatkan pengetahuan-pengetahuan dan keterampilan-keterampilan (perawatan kehamilan, persalinan, nifas, penyakit dan komplikasi saat hamil, bersalin dan nifas, perawatan bayi baru lahir, dan senam hamil) maka akan berpengaruh terhadap perilaku ibu hamil tersebut yaitu adanya perubahan perilaku ibu hamil dan keluarga sehingga dapat meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil. yang akhirnya dapat berkontribusi terhadap upaya penurunan AKI dan AKB.
Keikutsertaan suami / keluarga dalam kegiatan pelaksanaan kelas ibu hamil dapat memberikan manfaat juga pada ibu hamil. Misalnya, ibu hamil bisa mendapatkan perhatian dari  suami/ keluarga sehingga ibu hamil secara psikologis tidak merasa sendirian karena suami/ keluarga sudah memberikan perhatian dan dukungan yang akan berdampak juga pada kesehatan ibu hamil tersebut.
Selain itu ibu dan keluarganya dapat mempersiapkan diri menghadapi komplikasi (deteksi dini, menentukan orang yang akan membuat keputusan dana kegawatdaruratan, komunikasi, transportasi, donor darah). Jika setiap ibu hamil sudah mempersiapkan diri sebelum terjadi komplikasi maka waktu penyelamatan jiwa tidak akan terbuang ntuk membuat keputusan, mencari transportasi, biaya, donor darah dan sebagainya. Dan dapat membantu setiap ibu hamil dan keluarganya membuat perencanaan persalinan yang meliputi petugas kesehatan yang terampil, tempat bersalin, keuangan, nutrisi yang baik selama hamil, dan perlengkapan esensial untuk ibu dan bayi.
Adanya kelas ibu hamil ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan tentang kehamilan khususnya pada primigravida yang baru pertama kali mengalami kehamilan. Tentunya pada masa kehamilan mengalami berbagai perubahan fisik maupun psikologi yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada ibu hamil, sehingga dengan adanya kelas ibu hamil ini maka ibu hamil yang mengalami berbagai macam perubahan akan merasa nyaman dengan kehamilannya dan tidak merasa cemas.

Pemeriksaan Hb dan Golongan Darah


1.1  Hemoglobin
Kehamilan merupakan kondisi dimana ibu memiliki resiko yang berdampak pada kesehatan ibu dan janin, seperti resiko anemia. Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar hemoglobin dalam darah di bawah normal. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, seperti kekurangan zat besi, asam folat ataupun vitamin B12. Anemia yang paling sering terjadi terutama pada ibu hamil adalah anemia karena kekurangan zat besi (Fe). Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Anemia pada kehamilan merupakan masalah besar yang berdampak buruk terhadap kehamilan maupun persalinan baik bagi ibu dan bayinya serta memerlukan penanganan hati-hati, termasuk pemeriksaan untuk mencari penyebab.
Standar pelayanan kebidanan keenam membahas tentang pengelolaan anemia pada kehamilan yang bertujuan untuk menemukan anemia pada kehamilan secara dini dan melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung. Selama proses bidan harus memeriksa kadar Hb pada kunjungan pertama dan minggu ke-28, memberikan sedikitnya satu tablet zat besi selama 90 hari, penyuluhan tentang gizi zat besi, memberikan ibu hamil terduga anemia satu tablet zat besi 2-3 kali perhari rujuk ibu dengan anemia berat, menyarankan ibu untuk konsumsi tablet zat besi 4-6 bulan postpartum.
Hemoglobin (Hb) adalah komponen sel darah merah yang berfungsi menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Jika Hb berkurang, jaringan tubuh kekurangan oksigen. Oksigen diperlukan tubuh untuk bahan bakar proses metabolisme. Menurut Manuaba (2001), haemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru-paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah.
Zat besi merupakan bahan baku pembuat sel darah merah. Ibu hamil mempunyai tingkat metabolisme yang tinggi misalnya untuk membuat jaringan tubuh janin, membentuknya menjadi organ dan juga untuk memproduksi energi agar ibu hamil bisa tetap beraktifitas normal sehari-hari (Sin sin, 2010). Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Hb merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/ dl darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan hemoglobin yang rendah dengan demikian mengindikasikan anemia.
Pada pemeriksaan dan pengawasan haemoglobin dapat dilakukan dengan mengunakan metode sachli yang dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I (umur kehamilan sebelum 12 seminggu) dan trimester III (umur kehamilan 28 sampai 36 minggu).
Di antara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan paling sederhana adalah metode Sahli, dan yang lebih canggih adalah metode sianmethemoglobin, pemeriksaan Hb elektrik. Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisis dengan HCl menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang segera bereaksi dengan ion CI membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna coklat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata telanjang). Untuk memudahkan perbandingan warna standar dibuat konstan, yang diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar.
Ø Kelebihan dan Kelemahan Metode Pemeriksaan Hb
Jenis Metode
Obyektifitas
Keakuratan
Kesederhanaan
Efisiensi
Sahli
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang
Sianmethemoglobin
Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Electric
Tinggi
Sedang
Sedang
Tinggi

Berdasarkan klasifikasi dari WHO kadar hemoglobin pada ibu hamil dapat di bagi menjadi 4 kategori yaitu :
1)   Hb > 11 gr%Tidak anemia (normal).
2)   Hb 9-10 gr% Anemia ringan.
3)   Hb 7-8 gr% Anemia sedang.
4)   Hb <7 gr% Anemia berat (Manuaba, 2001).
Indikasi dilakukan pemeriksaan Hb adalah keadaan kekurangan zat besi dengan kadar Hb kurang dari 11 gr %. Nilai normal menurut WHO, kriteria persangkaan anemia, bila Hb dibawah :
§  Wanita tak hamil 12 g%
§  Wanita hamil 11 g %
§  Trimester I 11 g %
§  Trimester II 10,5 g %
§  Trimester III 11 g %
§  Hb 9-10 gr % disebut anemia ringan
§  Hb 7-8 gr % disebut anemia sedang
§  Hb < 7 gr % disebut anemia berat
Menurut Wasnidar (2007), manfaat dilakukan pemeriksaan haemoglobin pada ibu hamil, yaitu :
1)   Mencegah terjadinya anemia dalam kehamilan.
2)   Mencegah terjadinya berat badan lahir rendah.
3)   Memenuhi cadangan zat besi kurang.
Menurut prawirohardjo dan Winkjosastro (1999), kurangnya kadar haemoglobin dalam kehamilan dapat menyebabkan :
1)   Abortus.
2)   Partus imatur/ prematur.
3)   Kelainan kongenital.
4)   Perdarahan antepartum.
5)   Gangguan pertumbuhan janin dalam rahim.
6)   Kematian perinatal.
Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30 % sampai 40 % yang puncaknya pada kehamilan trimester kedua. Jumlah peningkatan sel darah 18 % sampai 30 % dan hemoglobin sekitar 19 %. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11 gr % maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia kehamilan fisiologis, dan Hb ibu akan menjadi ± 10,5g %. Dalam pemeriksaan Hb secara sahli kesalahan yang sering terjadi adalah sebagai berikut :
1)   Alat/reagen kurang sempurna, yaitu :
a.    Volume pipet Hb tidak selalu tepat 20 ul.
b.    Warna standard sering sudah pucat.
c.    Kadar larutan HCL sering tidak dikontrol.
2)   Orang yang melakukan pemeriksaan :
a.    Pengambilan darah kurang baik.
b.    Penglihatan pemeriksa tidak normal atau sudah lelah.
c.    Intensitas sinar/penerangan kurang.
d.   Pada waktu waktu membaca hsil dipermukaan terdapat gelembung udara.
e.    Pipet tidak dibilas dengan HCL.
f.     Pengenceran tidak baik.
1.2    Golongan Darah
Golongan darah adalah pengklasifikasian darah berdasarkan kehadiran atau ketidakhadiran dari substansi antigen yang menempel pada permukaan sel darah merah. Antigen ini boleh jadi protein, karbohidrat, glikoprotein, atau glikopids, tergantung pada sistem penggolongan darah dan juga beberapa antigen ini juga berada pada sel dari berbagai mcam otot (Blood Typing, Nobleprize).
Golongan darah merupakan ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Golongan darah ditentukan oleh jumlah zat (kemudian disebut antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah.
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dengan kata lain, golongan darah ditentukan oleh jumlah zat (kemudian disebut antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah.
 Golongan darah menurut sistem A-B-O dapat diwariskan dari orang tua kepada anaknya. Land-Steiner dalam Suryo (1996) membedakan darah manusia kedalam empat golongan yaitu A, B, AB dan O. Penggolongan darah ini disebabkan oleh macam antigen yang dikandung oleh eritrosit (sel darah merah).
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil ini penting dilakukan untuk mengetahui golongan darah pada ibu. Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil dilakukan pada awal kehamilan. Pemeriksaan golongan darah mempunyai berbagai manfaat dan mempersingkat waktu dalam identifikasi. Golongan darah penting untuk diketahui dalam hal kepentingan transfusi dan donor yang tepat (Azmielvita , 2009).


Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut :
1)   Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
2)   Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
3)   Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
4)   Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.
Menurut sistem ABO, golongan darah manusia dibedakan menjadi empat, yaitu sebagai berikut :
No.
Golongan Darah
Keterangan
1.
A
Apabila di dalam sel darah seseorang mengandung aglutinogen A dan serumnya mengandung aglutinin β sehingga dapat dirumuskan (A, β ).
2.
B
Apabila di dalam sel darah seseorang terdapat aglutinogen B,  sedangkan dalam serumnya terdapat aglutinin αsehingga dirumuskan (B, α )
3.
AB
Apabila di dalam sel darah seseorang terdapat aglutinogen A dan B, sedangkan di dalam serumnya tidak mengandung aglutinin, sehingga dapat dirumuskan (AB,–)
4.
O
Apabila di dalam sel darah seseorang tidak terdapat aglutinogen sedangkan dalam serumnya mengandung aglutinin α dan β sehingga dapat dirumuskan (-, α, β ).
Cara menentukan golongan darah yaitu :
1)   Apabila hanya terjadi aglutinasi pada antisera A maka golongan darah adalah A.
2)   Apabila hanya terjadi aglutinasi pada antiesra B maka golongan darah adalah B.
3)   Apabila terjadi aglutinasi pada kedua antisera A dan B maka golongan darah adalah AB.
4)   Apabila tedak terjadi aglutinasi pada kedua antisera A dan B maka golongan darah adalah O.
Golongan
Darah
Serum
Anti A
Anti B
Anti AB
O
Tidak Menggumpal
Tidak Menggumpal
Tidak Menggumpal
A
Menggumpal
Tidak Menggumpal
Menggumpal
B
Tidak Menggumpal
Menggumpal
Menggumpal
AB
Menggumpal
Menggumpal
Menggumpal